Bicara soal internetnya Indonesia, baru-baru ini hootsuite (we are social) merilis data statistik yang memperlihatkan besarnya capaian angka penetrasi internet dalam negeri. Per bulan Januari 2021 saja diperkirakan ada sekitar 202,6 juta pengguna aktif yang sebagian besar diantaranya masih mengandalkan jaringan mobile sebagai akses utama mereka.
Meskipun demikian, jaringan pita lebar atau yang lebih dikenal dengan sebutan fixed broadband sebetulnya punya potensi yang lebih besar di masa depan. Selain karena kualitas koneksi yang jauh lebih baik, ketersediaan infrastrukturnya pun dirasakan mulai merata.
Sebut saja IndiHome. Lini bisnis Telkom yang mendominasi 87% segmen pasar fixed broadband lokal ini memiliki layanan yang sudah menjangkau 496 dari 514 kabupaten/kota yang ada di seluruh penjuru tanah air. Termasuk beberapa pulau terluar seperti Simeuleu, Karimun, Sebatik hingga pulau Rote.
Internet Fixed Broadband
Dari perspektif pembangunan, eksistensi jaringan pita lebar di pelosok daerah tentu akan membawa banyak perubahan yang signifikan bagi masyarakatnya. Apalagi jika melihat akselerasi dari ruang lingkup kehidupan yang dalam 2 tahun terakhir ini semakin merambah masuk ke ekosistem digital.
Mulai dari hiburan, perniagaan sampai urusan pendidikan. Semuanya harus adaptif dengan keadaan new normal yang pada praktiknya membuat sebagian besar rutinitas akan bergantung pada ketersediaan koneksi internet. Hematnya, orang-orang dituntut untuk tetap bisa produktif walaupun harus beraktivitas secara daring.
Bagi mereka yang terjangkau oleh jaringan pita lebar tentu akan lebih memilih layanan seperti IndiHome. Bagaimana tidak, di tengah keterbatasan mobilitas seperti saat ini koneksi internet cepat, tv interaktif plus sambungan telepon kabel sejatinya adalah aspek-aspek yang sangat esensial bagi kehidupan masyarakat.
Aktivitas Tanpa Batas
Bukan hanya soal layanan, skema atau pricing model produk IndiHome pun dirasakan jauh lebih bersahabat jika dibandingkan teknologi mobile. Gunakan di depan, bayar dibelakang tanpa ada pembatasan kuota pemakaian. Bagi konsumen yang butuh bandwidth besar hal tersebut tentu jadi penilaian tersendiri.
Intinya tidak ada lagi rasa khawatir untuk berselancar, melakukan video streaming hingga menonton film dan siaran televisi melalui koneksi internet. Karena alasan itu lah saya putuskan untuk memakai fixed broadband sebagai daily driver aktivitas tanpa batas.
Sebagai perbandingan, dengan biaya 370.000/bulan pelanggan bisa menikmati akses internet tanpa batas—dengan fair usage policy ditambah dengan 97 saluran tv interaktif seperti Disney dalam satu paket layanan yang bisa dinikmati seluruh keluarga. Jika harus menggunakan mobile broadband dengan layanan yang serupa berapa biaya yang harus dikeluarkan?
Tidak heran juga jika selama pandemi ini IndiHome sukses meraih hati para pengguna untuk beralih ke layanan mereka. Hal tersebut bisa terlihat dari hasil riset enciety Business Consult (eBC) yang menyebutkan bahwa IndiHome berhasil meraih 1 juta lebih pelanggan baru di tahun 2020.
Kompetensi dan Kemandirian Bangsa
Bergelut dalam dunia pendidikan membuat saya percaya bahwa setiap orang bisa tumbuh dan berkembang jika diberikan hak dan kesetaraan dalam pendidikan dan pemberdayaan. Dalam spektrum yang sama, apa yang dilakukan oleh IndiHome saat ini adalah bentuk kontribusi mereka—sebagai bagian dari lingkungan digital untuk mewujudkan kesetaraan tersebut.
Mulai dari ketersediaan jaringan yang merata, paket guru dan pelajar hingga program Lead by IndiHome, akademi pemberdayaan komunitas eSport yang fokus dalam pendidikan pemain untuk bisa menjadi atlit profesional.
Pada akhirnya, hal-hal sepert itu lah yang diharapkan bisa menjadi efek domino dalam menghantarkan Indonesia menuju gerbang kedaulatan digital di masa depan. Kedaulatan yang bisa diartikan sebagai kemandirian bangsa dalam mengelola dan mengontrol kepentingan negara melalui lingkungan digital, masyarakat dan akselerasi ekonomi yang ada di dalamnya.
Sumber:
